Arsip Blog

Sabtu, 30 Maret 2019

Teori Kognitif Piaget




Teori Belajar Kognitif Menurut Piaget


Menurut Rini Hildayani,dkk. dalam bukunya yang berjudul Psikologi perkembangan anak. Piaget (baca:piase) yang nama lengkapnya adalah Jean Piaget adalah seorang ahli biologi yang lahir di Neuchatel, Swiss pada 9 Agustus 1896. Ia tertarik mempelajari secara luas dan beragam jawaban-jawaban anak yang berkaitan dengan masalah yang mereka hadapi. Secara khusus, piaget ingin mengetahui sifat-sifat pengetahuan dan cara-cara anak memperolehnya. Piaget memulaikan kariernya sebagai penulis pada usia 10 tahun.
Selepas tamat sekolah menengah melanjutkan pelajaran ke Universiti Nauchatel dan mendapat PhD semasa berumur 22 tahun. Piaget mulai meminati Psikologi apabila beliau terpilih menjadi pengarah Psikologi di Universiti Jeneva. Tidak lama kemudian, beliau dilantik sebagai ketua “Swiss Society for Psychologist.”
Guna menentukan datang dan darimana pengetahuan bagaimana bentuknya dalam tingkatan usia yang berbeda. Piaget mengamati kegiatan sehari-hari, yang dilakukan oleh bayi dan anak-anak, serta menggambarkan pebedaan-perbedaan logika yang memengaruhi perilaku mereka. Dalam hal ini Piaget mengamati perkembangan dari cucunya sendiri mulai dari bayi hingga remaja, yang kemudian ia tuangkan kedalam teori yang kini disebut sebagai Teori Pendidikan Kognitif Piaget.
Dari hasil penelitian Piaget menunjukkkan bahwa cara anak berfikir dan memepelajari dunia di sekitar mereka ternyata begitu unik. Cara anak, mempelajari, mengingat, mendengar, dan mengamati dunia tidaklah pasif. Rasa ingin tau yang mereka miliki membuatnya aktif dalam mencari informasi yang dapat membantu mereka dalam memahami situasi disekitar mereka.
Menurut Piaget dalam (Dina Indriana, 2011: 70) seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa.

a.       Tahap sensorimotor (umur 0 – 2 tahun)


Pada tahap sensorimotor, anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik yaitu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan. Karakteristik tahap ini merupakan gerakan – gerakan akibat suatu reaksi langsung dari rangsangan. Anak mengatur alamnya dengan indera (sensori) dan tindakan-tindakannya (motor), anak belum mempunyai kesadaran – kesadaran adanya konsepsi yang tetap. Contohnya diatas ranjang seorang bayi diletakkan mainan yang akan berbunyi bila talinya dipegang. Suatu saat, ia akan main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar bunyi yang bagus dan ia senang. Maka ia akan mencoba menarik-narik tali itu agar muncul bunyi menarik yang sama.

b.      Tahap persiapan operasional (2 – 7 tahun)

Operasi adalah suatu proses berpikir logis, dan merupakan aktifitas mental bukan aktifitas sensorimotor. Pada tahap ini anak belum mampu melaksanakan operasi – operasi mental. Unsur yang menonjol dalam tahap ini adalah mulai digunakannya bahasa simbolis, yang berupa gambaran dan bahasa ucapan. Dengan menggunakan bahasa, inteligensi anak semakin maju dan memacu perkembangan pemikiran anak karena ia sudah dapat menggambarkan sesuatu dengan bentuk yang lain (Dina Indriana, 2011: 71). Contohnya anak bermain lego susun atau balok mainan. Kemudian dalam penggunaan bahasa, anak menirukan apa saja yang baru ia dengar. Ia menirukan orang lain tanpa sadar. Hal ini dibuat untuk kesenangannya sendiri. Tampaknya ada unsur latihan disini, yaitu suatu pengulangan untuk semakin memperlancar kemampuan berbicara meskipun tanpa disadari. 



c.       Tahap operasi konkret (7 – 11 tahun)

Tahap operasi konkret dinyatakan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada peristiwa – peristiwa yang langsung dialami. Anak masih menerapkan
logika berpikir pada barang – barang yang konkret, belum bersifat abstrak maupun hipotesis.  Contohnya suatu gelas diisi air. Selanjutnya dimasukkan uang logam sehingga permukaan air naik. Anak pada tahap operasi konkreat dapat mengetahui bahwa volume air tetap sama. Pada tahap sebelumnya, anak masih mengira bahwa volume air setelah dimasukkan logam menjadi bertambah.

d.      Tahap operasi formal (11 tahun keatas)


Tahap operasi formal merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Pada tahap ini anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia (Mimi Haryani dan Mely Andriani, 2013: 33) Kecepatan perkembangan tiap individu melalui urutan tiap tahap ini berbeda dan tidak ada individu yang melompati salah satu dari tahap diatas. Tiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan-kemampuan intelektual baru yang memungkinkan orang memahami dunia dengan cara yang semakin kompleks. Contohnya dengan menghitung volume suatu bangun tertentu.
Piaget menyebutkan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh individu dan berhasil dilakukan, diorganisasikan sebagai suatu skema, yaitu sekumpulan pikiran atau kegiatan yang sama serta terorganisasi. Menurut Piaget seorang anak akan memperoleh banyak dan lebih banyak lagi skema, baik dari situasi yang sudah biasa ia kenal maupun situasi yang baru. Dimana prosesnya anak akan menyaring skema-skema yang mereka miliki dan menkombinasikannya dengan apa yang baru mereka dapat, hal ini disebut juga operasi, yang mengarahkan anak menuju cara berpikir yang lebih canggih dan logis. 
 


2 komentar: