Psikologi Kognitif Menurut Jerome S. Bruner
Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome Seymour Bruner lahir tanggal 1 Oktober 1915 adalah seorang ahli psikologi dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. (Zubaidah Amir M.Pd dan Dr. Risnawati, M.Pd. 2015:69)
Bagaimana
Teori Belajar Menurut Bruner?
Dalam
teorinya yang diberi judul “Teori Perkembangan Belajar”, Bruner menekankan pada
proses belajar meggunakan metode mental, yaitu individu yang belajar mengalami
sendiri apa yang dipelajarinya agar proses tersebut dapat direkam dalam pikirannya
dengan caranya sendiri. Pengajaran matematika hendaknya diarahkan agar siswa mampu
secara sendiri menyelesaikan masalah-masalah lain yang diselesaikan dengan
bantuan teori belajar matematika Discovery learning dari Jerome Bruner,
merupakan model pengajaran yang dikembangkan berdasarkan pada pandangan kognitif
tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis.
Siswa
belajar memecahkan masalah secara mandiri dengan keterampilan berpikir sebab
mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi. Adanya interaksi antara
siswa dengan lingkungan fisik ini, akan memberikan kesempatan baginya untuk
melaksanakan penemuan.
Sehubungan
dengan pengalaman fisik ini, Bruner mengemukakan bahwa dalam proses belajarnya
anak melewati tiga tahapan, yaitu:
a. Tahap enaktif
(enactive). Dalam tahap ini anak
secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) suatu benda.
Sebagai contoh, dalam mempelajari penjumlahan dua bilangan cacah, pembelajaran
akan terjadi secara optimal jika mula-mula siswa mempelajari hal itu dengan
menggunakan benda-benda konkrit (misalnya saat anak bermain kelereng anak akan
menghitung jumlah keseluruhan deang menghitungnya satu persatu dan
menjumlahkannya)
b. Tahap ikonik
(iconic). Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan anak
sudah behubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek/benda yang
dimanipulasinya. Anak tidak langsung memanipulasi objek seperti yang dilakukan
pada tahap enaktif. Misalnya dengan menunjukkan pada sajian yang berupa gambar
atau grafik.
c. Tahap
simbolik (symbolic). Dalam tahap ini anak tidak lagi terikat dengan
objek pada tahap sebelumnya. Anak pada tahap ini sudah mampu mengggunakan notasi
atau simbol tanpa ketergantungan terhadap objek real (Dina Indriana, 2011: 186)
Bruner
mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir
bersamaan. Ketiga proses itu ialah (1) memperoleh informasi baru; (2)
transformasi informasi; (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (Mimi
Haryani dan Mely Andriani, 2013: 31)
Dalil-dalil
(teorema) yang berkaitan dengan pembelajaran matematika menurut Bruner dan
Kenvey berdasarkan percobaan dan pengalamannya yaitu:
a. Dalil
penyusunan
Dalil
penyusunan menyatakan bahwa siswa selalu mempunyai kemampuan mengusai definisi,
teorema, konsep, dan kemampuan matematis lainnya, oleh karena itu cara terbaik
bagi siswa untuk memulai belajar konsep dan prinsip dalam matematika adalah
dengan mengkonstruksi sendiri konsep dan prinsip yang dipelajari itu.
b. Dalil notasi
Dalil
notasi menyatakan bahwa notasi matematika yang digunakan harus disesuaikan
dengan tingkat perkembangan mental anak (enaktif, ikonik, dan simbolik).
c. Dalil
pengkontrasan dan keaneragaman (variasi)
Dalil
pengkontrasan dan keanekaragaman (variasi) menyatakan bahwa suatu konsep harus
dikontraskan dengan konsep lain dan harus disajikan dengan contohcontoh yang
bervariasi. Misalnya, untuk memahami konsep bilangan 2, siswa diberi kegiatan
untuk membuat kelompok benda yang beranggotakan 2. Selain itu juga diberi
kegiatan untuk membuat kelompok benda yang tidak beranggotakan 2. Bisa juga
memilih kelompok-kelompok mana yang merupakan kelompok 2 benda, dan
kelompok-kelompok mana yang bukan 2 benda.
d. Dalil
pengaitan
Dalil
pengaitan menyatakan bahwa antara konsep matematika yang satu dengan konsep
yang lain mempunyai kaitan yang erat, baik dari segi isi maupun dari segi penggunaan
rumus-rumus. Misalnya rumus luas persegi panjang merupakan materi prasyarat
untuk penemuan rumus luas jajargenjang yang diturunkan dari rumus persegi panjang.
Bagaimana
Aplikasinya dalam Pembelajaran Matematika?
Pembelajaran
penemuan ini menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur materi dari suatu
ilmu yang dipelajari, perlunya belajar aktif sebagai dasar pemahaman. Untuk
memperolehnya siswa harus aktif di mana mereka harus mengidentifikasi sendiri pemahaman
yang diperoleh, tidak hanya menerima penjelasan dari guru. Oleh karena itu,
guru harus memunculkan masalah yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan penemuan.
Dalam pembelajaran guru memberikan contoh dan siswa bekerja berdasarkan contoh
sampai menemukan hubungan antar bagian dari struktur materi.
Aplikasinya
dalam pembelajaran:
a. Guru
merencanakan pelajaran demikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada
masalah-masalah yang tepak untuk diselidiki siswa
b. Guru menyajikan
materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi siswa untuk menyelesaikan
masalah. Hendaknya mulai dengan sesuatu yang sudah dikenal oleh siswa, kemudian
guru mengemukakan sesuatu yang berlawanan (Ratna Wilis Dahar, 2006: 25-26).
c. Memberikan
contoh dan bukan contoh dari konsep yang dipelajari.
d. Membantu
siswa mencari hubungan antara konsep.
e. Mengajukan
pertanyaan dan membiarkan siswa mencoba menemukan sendiri jawabannya.
f. Mendorong
siswa untuk membuat dugaan yang bersifat penemuan (Trianto, 2010: 80) Mempelajari
penjumlahan dua bilangan cacah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar