Ø Biografi
Ausubel
Ausubel memiliki nama lengkap David Paul Ausubel,
merupakan seorang ahli psikologi Amerika yang lahirpada 25
Oktober 1918 dan dibesarkan di Brooklyn, New York. Ia mendapat pendidikan di
Universiti of Pennsylvania dan mendapat ijazah kehormatan pada tahun 1939 dalam
bidang psikologi yang kemudian juga menamatkan pelajarannya di sekolah
perubatan di Universiti Middlesex. Ia menjabat di pertahanan US Public Health
Service, dan
telah memperoleh M.A dan Ph.D dalam Psikologi Perkembangan dari Universiti
Columbia pada 1950. Pada 1973, ia membuat keputusan untuk terjun ke bidang
akademik dan menyertai latihan psikiatri. Sepanjang menjalani latihan psikaitri,
ia telah menghasilkan berbagai judul buku dan artikel tentang psikiatri dan
jurnal psikologikal.
Ø Teori
Pembelajaran Ausubel
David
Ausubel banyak mencurahkan perhatiannya pada pentingnya mengembangkan potensi
kognitif siswa melalui proses belajar bermakna (meaningful
learning) dan belajar verbal yang dikenal dengan expository learning. Pandangan
Ausubel tentang belajar ini sangat bertentangan dengan ahli psikologi kognitif
lainnya, yaitu Bruner dan Piaget. Menurut Ausubel, pada dasarnya orang memperoleh
pengetahuan melalui penerimaan, bukan melalui penemuan. Konsep-konsep, prinsip,
dan ide-ide yang disajikan pada siswa akan diterima oleh siswa. Suatu konsep
mempunyai arti bila sama dengan ide yang telah dimiliki, yang ada dalam
struktur kognitifnya (Melly Andriani dan Mimi Hariyani, 2013: 21)
Agar
konsep¬konsep yang diajarkan menjadi bermakna, harus ada sesuatu di dalam
kesadaran siswa yang bisa disamakan. Sesuatu itu adalah “struktur kognitif “.
Belajar bermakna adalah belajar yang disertai dengan pengertian. Belajar
bermakna akan terjadi apabila informasi yang baru diterima siswa mempunyai
kaitan erat dengan konsep yang sudah ada/diterima sebelumnya tersimpan pada
struktur kognitifnya.
Ø Klasifikasi
Belajar Ausubel dan Cara Pengajarannya
Ausubel
mengklasifikasikan makna belajar ke dalam dua dimensi yaitu:
a. Dimensi
pertama berhubungan dengan cara bagaimana informasi atau materi pelajaran
disajikan kepada siswa, apakah melalui penerimaan atau melalui penemuan.
Belajar menurut dimensi ini diperoleh melalui pemberian informasi dengan
cara dikomunikasikan kepada siswa. Belajar penerimaan dan menyajikan
informasi itu dalam bentuk final, ataupun dalam bentuk belajar penemuan
yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri keseluruhan informasi yang
harus diterimanya.
b. Dimensi
kedua berhubungan dengan bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi yang
diterima dengan struktur kognitif yang sudah dimilikinya. itulah yang dikatakan
belajar bermakna. Menurutnya, belajar penerimaan tidak sama dengan belajar hapalan
namun belajar penerimaan dapat dibuat bermakna, yaitu dengan cara menjelaskan
hubungan antara konsep-konsep.
Sehubungan
dengan itu agar bahan pelajaran mudah dipelajari, ia menyarankan supaya materi
pelajaran disusun secara berurutan dari atas ke bawah, dari yang paling umum
dan inklusif hingga rinci, disertai contoh yang khas. Ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi agar belajar menjadi bermakna antara lain:
a.
Pengaturan awal (advance organizer). Pengaturan awal ini
berisi konsep-konsep atau ide-ide yang diberikan kepada siswa jauh sebelum
materi pelajaran yang sesungguhnya diberikan dengan tujuan meningkatkan
pemahaman siswa terhadap berbagai macam materi pelajaran. Misalnya sebelum
mempelajari bangun ruang guru akan memberikan rambu-rambu bahwa bangun ruang
adalah bentuk 3D dari bangun datar.
b.
Progressive differentiation. Menurut Ausubel
pengembangan konsep berlangsung paling baik bila dimulai dengan cara menjelaskan
terlebih dahulu hal-hal yang umum terus sampai kepada hal-hal yang khusus dan
rinci disertai dengan
pemberian
contoh-contoh. Misalnya guru mengambil contoh bangun tabung dan menjelaskan
pada siswa bahwa tabung adalah bangun yang beralaskan lingkaran, memiliki
tinggi dan ruang.
c.
Rekonsiliasi integratif (integrative reconciliation).
Penjelasan dangan menunjukkan secara
jelas perbedaan dan persamaan materi yang baru dengan materi yang telah dijelaskan
terlebih dahulu yang telah dikuasai siswa. Dengan
demikian siswa akan mengetahui alasan dan manfaat materi yang akan dijelaskan
tersebut. Misalnya guru mengambil contoh bahwa segelas air yang dituangkan pada
pipa bentuknya akan berubah namun volumenya tetap sama.
d.
Konsolidasi (consolidation). Pemberian
pemantapan atas materi pelajaran yang telah diberikan untuk memudahkan siswa
memahami dan mempelajari materi selanjutnya.
Ø Penerapan
Pemikiran Ausubel
Dalam
perkembangannya, belajar bermakna dapat diterapkan melalui berbagai cara
pengajaran, misalnya pengajaran dengan menggunakan peta konsep. Adapun cara
pembelajarannya adalah sebagai berikut.
a. Pilih
suatu bacaan atau salah satu bab dari sebuah buku pelajaran.
b. Tentukan
konsep-konsep yang relevan dari topik yang akan atau sudah diajarkan.
c. Urutkan
konsep-konsep tersebut dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif
berikut contoh-contohnya.
d. Susun
konsep-konsep tersebut di atas kertas dari konsep yang paling inklusif ke
konsep yang tidak inklusif secara berurutan dari atas ke bawah.
e. Hubungkan
konsep-konsep ini dengan kata-kata sehingga menjadi sebuah peta konsep.
Contoh
Penerapan Teori Ausubel dalam kasus Matematika:
Dalam
belajar program linier, siswa yang belajar bermakna bisa mengkaitkannya dengan
materi menggambar grafik fungsi linear dan menyelesaikan pertidaksamaan linear
serta mampu menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan program linier.
Dan sebaliknya apabila tidak bermakna, maka siswa tidak bisa mengkaitkannya
dengan materi sebelumnya dan tidak mampu mengaplikasikannya.
(Zubaidah Amir, M.Pd dan Dr. Risnawati, M.Pd, 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar