The Van Hiele
level theory, telah digunakan untuk menjelaskan mengapa banyak siswa kesulitan dalam
proses kognitif tingkat tinggi, khususnya pembuktian, yang merupakan hal yang
sangat penting dalam mencapai keberhasilan dalam belajar geometri.
Pierre Marie Van
Hiele lahir pada tahun 1909 dan meninggal pada tahun 2010 sedangkan Dina Van
Hiele-Geldof lahir pada tahun 1911 dan meninggal pada tahun 1958. Apa yang saat ini dikenal
sebagai The Van Hiele level
theory (Teori Level Van Hiele) dikembangkan oleh Dina dan suaminya Van
Hiele di dalam disertasi mereka yang berbeda yang ditulis saat belajar di University of
Utrecht (Universitas
Utrecht) pada tahun 1957. Dina kemudian meninggal dunia tidak lama setelah
menyelesaikan disertasinya, lalu Pierre yang kemudian menjelaskan dengan
lengkap tentang teori tersebut. Pada tahun 1958 – 1959, Pierre menulis tiga
buah makalah ( dua ditulis dalam Bahasa Inggris, satu ditulis dalam Bahasa
Belanda yang kemudian di terjemahkan ke dalam Bahasa Perancis) yang tidak
terlalu terkenal di dunia barat, tetapi diaplikasikan dalam pengembangan
kurikulum oleh akademisi dari Soviet, Pyshkalo pada tahun 1968.
Freudenthal, pembimbing Van Hiele, kemudian mempublikasikan
teori tersebut di dalam bukunya yang terkenal Mathematics as an Educational Task pada tahun 1973.
Melalui Freundenthal dan akademisi Soviet, teori van Hiele kemudian menarik
perhatian Wirszup, yang merupakan orang pertama yang berbicara di depan publik
tentang teori tersebut di kawasan Atlantik pada tahun 1974 dan kemudian
mempublikasikannya pada tahun 1976.
Menurut Van Hiele ada tiga unsur dalam
pengajaran matematika yaitu waktu, mater
i pengajaran dan metode pengajaran,
jika ketiganya ditata secara terpadu maka akan terjadi peningkatan kemampuan
berfikir anak kepada tingkatan berfikir lebih tinggi.
Tahap
Belajar Anak Dalam Belajar Geometri
a. Tahapan Pengenalan (visualisasi)
Pada tahap ini siswa hanya baru mengenal
bangun-bangun geometri seperti bola, kubus, segitiga, persegi dan bangun-bangun
geometri lainnya. Seandainya kita hadapkan pada bangun-bangun geometri, anak
dapat menunjukkan bentuk segitiga. Namun pada tahap pengenalan anak belum dapat
bila kita ajukan pertanyaan seperti “apakah ada sebuah persegi panjang,
sisi-sisi yang berhadapan panjangnya sama?” maka siswa tidak akan bisa
menjawabnya.
b. Tahap Analisis
Pada
tahap ini anak sudah dapat memahami sifat-sifat dari bangun-bangun geometri.
Pada tahap ini anak sudah mengenal sifat-sifat bangun geometri, seperti pada
sebuah kubus banyak sisinya ada 6 buah, sedangkan banyak rusuknya ada 12.
Seandainya kita tanyakan apakah kubus itu balok?, maka anak pada tahap ini
belum bisa menjawab pertanyaan tersebut karena anak pada tahap ini belum memahami
hubungan antara balok dan kubus. Anak pada tahap analisis belum mampu
mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri
lainnya.
c. Tahap Pengurutan
Pada tahap ini anak sudah mampu mengetahui
hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri
lainnya. Anak yang berada pada tahap ini sudah memahami pengurutan bangun-bangun
geometri. Misalnya, siswa sudah mengetahui jajargenjang itu trapesium, belah ketupat
adalah layang-layang, kubus itu adalah balok. Pada tahap ini anak sudah mulai
mampu untuk melakukan penarikan kesimpulan secara deduktif, tetapi masih pada tahap
awal artinya belum berkembang baik.
d. Tahap Deduksi
Pada tahap ini anak sudah dapat memahami
deduksi, yaitu mengambil kesimpulan secara deduktif. Pengambilan kesimpulan
secara deduktif yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus. Sebagai contoh untuk menunjukkan bahwa jumlah
sudut-sudut dalam jajargenjang adalah 360o secara deduktif dibuktikan dengan
menggunakan prinsip kesejajaran. Pembuktian secara induktif yaitu dengan memotong-motong
sudut-sudut benda jajargenjang,
kemudian
setelah itu ditunjukkan semua sudutnya membentuk sudut satu putaran penuh atau
360° belum tuntas dan belum tentu tepat. Untuk itu pembuktian secara deduktif
merupakan cara yang tepat dalam pembuktian pada matematika. Anak pada tahap ini
belum memahami kegunaan
dari
suatu sistem deduktif. Oleh karena itu, anak pada tahap ini belum dapat
menjawab pertanyaan “mengapa sesuatu itu disajikan teorema atau dalil.”
e. Tahap Keakuratan
Pada tahap ini anak sudah memahami betapa
pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian.
Anak pada tahap ini sudah memahami mengapa sesuatu itu dijadikan postulat atau teorema.
Tahap keakuratan merupakan tahap tertinggi dalam memahami geometri. Pada tahap
ini memerlukan tahap berpikir yang kompleks dan rumit. Oleh karena itu, jarang
atau hanya sedikit sekali anak yang sampai pada tahap berpikir ini sekalipun
anak tersebut sudah berada di tingkat SMA.
Fase-Fase
dalam Pengajaran Geometri Menurut Van Hiele
a. Fase 1: Informasi (information)
Pada awal fase ini,
guru dan siswa menggunakan tanya jawab kepada siswa sambil melakukan observasi.
b. Fase 2:
Orientasi langsung (directed orientation)
Siswa menggali
topik yang dipelajari melalui alat-alat peraga yang menampakkan kepada siswa
struktur dan memberi ciri-ciri untuk tahap berpikir ini, sehingga dapat
mendatangkan respon khusus.
c. Fase 3:
Penjelasan (explication)
Berdasarkan
pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan pandangan yang muncul mengenai struktur
yang diobservasi. Di samping itu untuk membantu siswa menggunakan bahasa yang
tepat dan akurat, guru memberi bantuan seminimal mungkin.
d. Fase 4:
Orientasi bebas (free orientation)
Siswa mengahadapi
tugas-tugas yang lebih kompleks. Mereka memperoleh pengalaman dalam menemukan
cara mereka sendiri, maupun dalam
menyelesaikan tugas-tugas, sehingga hubungan antara obyek-obyek yang
dipelajari menjadi jelas.
e. Fase 5:
Integrasi (Integration)
Siswa meninjau
kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari. Guru dapat membantu dalam
melengkapi survey secara global terhadap apaapa yang telah dipelajari siswa.
Hal ini penting tetapi, kesimpulan ini tidak menunjukkan sesuatu yang baru.
Poin Penting Dalam
Pengajaran Geometri Menurut Van Hiele
a. Tiga unsur yang
utama pengajaran geometri yaitu waktu, materi pengajaran dan metode penyusun. Apabila dikelola secara terpadu dapat
mengakibatkan peningkatan kemampuan berfikir anak kepada tahap yang lebih
tinggi dari tahap yang sebelumnya
b. Menurut Van Hiele, seorang anak yang berada pada tingkat yang lebih rendah tidak akan
mungkin dapat mengerti atau memahami materi yang berada pada tingkat yang lebih
tinggi dari anak tersebut.
c. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan yaitu
anak memahami geometri dengan pengertian,
kegiatan belajar anak harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak itu
sendiri, atau disesuaikan dengan tahap berpikirnya.
Dikutip dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar