Arsip Blog

Minggu, 05 Mei 2019

Teori Thorndike dalam Pembelajaran Matematika


1. Biografi Thorndike

Edward LeeThorndike, lahir di Williamsburg, Massachus sets pada tahun 1874. Thorndike mendapat gelar sarjananya dari Wesleyan University di Connecticut pada tahun 1895, dan master dari Hardvard pada tahun 1897. Ketika disana, dia mengikuti kelasnya Williyams James dan merekapun cepat menjadi akrab.dia menerima beasiswa di Colombia, dan mendapatkan gelar PhD-nya tahun 1898. kemudian dia tinggal dan mengajar di Colombia sampai pension pada tahun 1940. Beliau menerbitkan suatu buku yang berjudul “Animal intelligence, An experimental study of associationprocess in Animal”. Buku ini yang merupakan hasil penelitian Thorndike terhadap tingkah beberapa jenis hewan seperti kucing, anjing, dan burung yang mencerminkan prinsip dasar dari proses belajar yang dianut oleh Thorndike; belajar adalah terjadinya hubungan antara stimulus dan respons (Duane P. Schultz dan Sydney Ellen Schultz, 2013: 326)
 
2. Teori belajar Thorndike
Pengaruh pemikiran Thorndike dalam studi psikologi sangat besar. Teori belajar yang dikemukakan Thorndike disebut “Connectionism” karena belajar merupakan proses
pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering juga disebut “Trial and error” dalam rangka menilai respon yang terdapat bagi stimulus tertentu. Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap tingkah laku beberapa binatang antara lain kucing, dan tingkah laku anak-anak dan orang dewasa. Tendensi yang menuntun
kepada keberhasilan dilekatkan atau terus menerus digunakan dalam sejumlah percobaan, pembelajaran semacam ini dikenal dengan pembelajaran trial and error (coba-coba) atau thorndike sering menyebutnya dengan trial and accidental succes.

Adapun Ciri-ciri belajar trial and error, antara lain;
a. Ada motif pendorong aktivitas;
b. Ada berbagai respon terhadap situasi;
c. Ada eliminasi respon-respon yang gagal atau salah;
d. Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu;
Dari penelitian yang dilakukan oleh Thorndike, dapat disimpulkan; “perlu adanya motivasi dalam proses belajar, serta ada efek positif atau sebagi suatu bentuk kepuasan yang
akan dicapai oleh respons (Haryu Islamuddin, 2012: 67). Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara interaksi antara stimulus dan respons. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respons adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan (Melly Andriani dan Mimi Hariani, 2013: 20). Pemikiran Thorndike, Skinner dan Ausubel dalam Pembelajaran Matematika

3. Hukum-Hukum yang digunakan Edward Lee Thorndike
a. Hukum kesiapan (the law of readiness) dan rumusannya sebagai berikut:
1.      Agar proses belajar mencapai hasil yang sebaik-baiknya, maka diperlukan adanya kesiapan dari organisme untuk melakukan belajar. Apabila individu sudah siap untuk melakukan suatu tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut memberi atau mendatangkan kepuasan.
2.      Bila seseorang sudah siap melakukan suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut tidak dilaksanakan maka akan menimbulkan kekecewaan baginya, sehingga menyebabkan dilakukannya tingkah laku lain untuk mengurangi kekecewaannya.
3.      Apabila seseorang belum siap melakukan suatu tingkah laku, tetapi ia terpaksa melakukannya, maka akan menimbulkan ketidakpuasan.
4.      Apabila seseorang belum siap melakukan suatu tingkah laku, dan menunda untuk melakukan tingkah laku tersebut, maka akan menimbulkan kepuasan.
b. Hukum Latihan (the law of exercise)
1.      Hukum penggunaan; prinsip hukum ini adalah hubungan antara stilumus dan respons yang akan menjadi semakin kuat jika sering digunakannya.
2.      Hukum tidak ada penggunaan; prinsip hukum ini adalah hubungan antara stimulus dan respons yang akan melemah jika tidak diikuti dengan pengulangan (latihan).
c. Hukum Akibat (the law of effect)
Hukum ini berbunyi “hubungan antar stimulus dan respons diperkuat apabila akibatnya memuaskan dan akan melemah apabila akibatnya tidak memuaskan”. Suatu perbuatan yang menyebabkan kesenangan atau kepuasan cenderung untuk diulang, sebaliknya apabila tidak menyenangkan akan cenderung dihentikan.

4. Aplikasi Teori Thorndike dalam Pembelajaran Matematika

Aplikasi Teori Thorndike pada pembelajaran di kelas yang dikutip dari buku Psichology of Learning adalah:
a.       Guru harus tahu, bahwa siswa lebih minat belajar ketika mereka merasa berkebutuhan dan berkepentingan pada pelajaran tersebut. maka guru harus memastikan bahwa kegiatan belajar tersebut penting bagi siswa.
b.      Kesiapan merupakan prasyarat untuk belajar, karena itu guru disarankan untuk mempertimbangkan kemampuan mental atau kognitif peserta didik ketika merencanakan kurikulum atau isi instruksional.
c.       Guru harus menyadari fakta bahwa siswa ingin mengulangi tindakan yang mereka terima sebagai hal positif. Oleh karena itu, guru harus selalu menggunakan berbagai strategi motivasi untuk mempertahankan minat belajar siswa di kelas.
d.      Guru harus selalu meghadirkan bahan secara logis dan cara yang lebih koheren. Ini adalah cara utama menangkap dan mempertahankan kepentingan peserta didik dalam kegiatan pedagogis.
e.       Guru harus mempertimbangkan penggunaan hukuman sebagai pilihan terakhir dalam mengurangi perilaku yang tidak diinginkan di kelasnya. Ini disebabkan hukuman tidak Pemikiran Thorndike, Skinner dan Ausubel dalam Pembelajaran Matematika bisa benar-benar mengatasi masalah dan itu akan membuat siswa menjadi lebih keras di kelas.Guru harus menyadari pentingnya latihan atau praktek dalam proses pembelajaran. Diperkuat oleh Hull (1943) Learning may not occur unless practice. Ini berarti bahwa guru harus melibatkan siswa dalam tugas atau pekerjaan rumah, jika ingin tercapainya pembelajaran bermakna.
Beberapa tips yang dapat diterapkan Penerapan dalam pembelajaran matematika dari Teori Thorndike adalah sebagai berikut:
a.    Sebelum memulai proses belajar mengajar, pendidik harus memastikan siswanya siap mengikuti pembelajaran tersebut. Jadi setidaknya ada aktivitas yang dapat menarik perhatian siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.
b.    Pembelajaran yang diberikan sebaiknya berupa pembelajaran yang kontinu, hal ini dimaksudkan agar materi lampau dapat tetap diingat oleh siswa.
c.    Dalam proses belajar, pendidik hendaknya menyampaikan materi matematika dengan cara yang menyenangkan, contoh dan soal latihan yang diberikan tingkat kesulitannya bertahap, dari yang mudah sampai yang sulit. Hal ini agar siswa mampu menyerap materi yang diberikan.
d.   Pengulangan terhadap penyampaian materi dan latihan, dapat membantu siswa mengingat materi terkait lebih lama.
e.    Supaya peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran, proses harus bertahap dari yang sederhana hingga yang kompleks.
f.     Peserta didik yang telah belajar dengan baik harus segera diberi hadiah, dan yang belum baik harus segera diperbaiki.
g.    Dalam belajar, motivasi tidak begitu penting, karena perilaku peserta didik terutama ditentukan oleh penghargaan eksternal dan bukan oleh intrinsic motivation. Yang lebih penting dari ini ialah adanya respon yang benar terhadap stimulus.
h.    Materi yang diberikan kepada peserta didik harus ada manfaatnya untuk kehidupan anak kelak setelah dari sekolah.
i.      Thorndike berpendapat, bahwa cara mengajar yang baik bukanlah mengharapkan murid tahu bahwa apa yang telah diajarkan, tetapi guru harus tahu apa yang hendak diajarkan. Dengan ini guru harus tahu materi apa yang harus diberikan, respon apa yang diharapkan dan kapan harus memberi hadiah atau membetulkan respons yang salah. Tujuan pendidikan harus masih dalam batas kemampuan belajar peserta didik dan harus terbagi dalam unit-unit sedemikian rupa sehingga guru dapat menerapkan menurut bermacam-macam situasi.


Sumber : (Zubaidah Amir, M.Pd. dan Dr. Risnawati, M.Pd., 2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar