Zoltan
Paul Dienes adalah seorang matematikawan yang lahir pada tanggal 11 September 1916 di Budapest, Hongaria dan meninggal 11 Januari 2014 di Kanada ini lebih memusatkan perhatiannya pada
cara-cara pengajaran terhadap siswa-siswa. Dasar teorinya ini bertumpu pada
Piaget. Dalam pengajaran matematika menekankan pengertian, dengan demikian anak
di harapkan akan lebih mudah mempelajarinya dan lebih menarik. Menurut
pengamatan Dienes bahwa terdapat anak-anak yang menyenangi matematika hanya
pada permulaan, mereka berkenalan dengan matematika yang sederhana, semakin
tinggi sekolahnya semakin “sukar” matematika yang dipelajari makin kurang
minatnya belajar matematika sehingga di anggap matematika itu sebagai ilmu yang
sukar, rumit, dan banyak memperdalam.
Kurangnya
minat belajar anak terhadap matematika karena kurangnya pengertian tentang
hakikat dan fungsi matematika itu sendiri. Agar anak didik memahami dan
mengerti akan konsep (struktur) matematika sebaiknya diajarkan dengan urutan konsep
murni, di lanjutkan dengan konsep notasi, dan di akhiri dengan konsep terapan,
di samping itu untuk dapat mempelajari dengan baik struktur matematika maka
representasinya (model) dimulai dengan benda-benda kongkrit yang beraneka ragam.
Misalnya
anak akan lebih cepat memahami arti benda-benda bila di sajikan berbagai bentuk
dan jenis benda-benda, atau dengan kata lain bahwa benda-benda yang akan
diamati harus beraneka ragam. Untuk membangkitkan dan memelihara minat belajar
anak atau peserta didik perlu di ciptakan suasana santai saat belajar, memberikan
kesempatan bermain dan permainan akan lebih baik jika dikaitkan dengan bermain dengan
pelajaran matematika.
Teori
Dienes
Anak
yang telah memahami hukum kekekalan bilangan akan mengerti bahwa banyaknya
suatu benda-benda akan tetap meskipun letaknya berbeda-beda atau diubah
letaknya. Sementara itu, anak yang belum memahami hukum kekekalan bilangan
baginya belum waktunya mendapatkan pelajaran operasi penjumlahan dan operasi hitung
lainnya. Hukum kekekalan bilangan biasanya dipahami anak pada usia 6 – 7 tahun.
Menurut
Dienes konsep-konsep pembelajaran matematika akan berhasil jika dipelajari
dalam tahap-tahap tertentu. Dienes membaginya kedalam 6 tahap, yaitu:
a.
Permainan Bebas (Free Play)
Permainan
bebas merupakan tahap belajar konsep yang aktifitasnya tidak berstruktur dan
tidak diarahkan. Anak didik diberi kebebasan untuk mengatur benda. Selama permainan
pengetahuan anak muncul. Dalam tahap ini anak mulai membentuk struktur mental
dan struktur sikap dalam mempersiapkan diri untuk memahami konsep yang sedang
dipelajari. Misalnya dengan diberi permainan block
logic, anak didik mulai mempelajari konsep-konsep
abstrak tentang warna, tebal tipisnya benda yang merupakan ciri/ sifat dari
benda yang dimanipulasi.
b.
Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)
Dengan
melalui permainan siswa diajak untuk mulai mengenal dan memikirkan bagaimana
struktur matematika itu. Makin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam
konsep tertentu, akan semakin jelas konsep yang dipahami siswa, karena akan
memperoleh hal-hal yang bersifat logis dan matematis dalam konsep yang
dipelajari itu. Menurut Dienes, anak didik memerlukan suatu kegiatan untuk
mengumpulkan bermacam-macam pengalaman, dan kegiatan untuk yang tidak relevan
dengan pengalaman itu. Contoh dengan permainan block
logic, anak diberi kegiatan untuk membentuk kelompok
bangun yang tipis, atau yang berwarna merah, kemudian membentuk kelompok benda
berbentuk segitiga, atau yang tebal, dan sebagainya.
c.
Permainan Kesamaan Sifat (Searching
for communalities)
Dalam
mencari kesamaan sifat siswa mulai diarahkan dalam kegiatan menemukan
sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Untuk melatih dalam mencari
kesamaan sifat-sifat ini, guru perlu mengarahkan mereka dengan menstranslasikan
kesamaan struktur dari bentuk permainan lain. Translasi ini tentu tidak boleh mengubah
sifat-sifat abstrak yang ada dalam permainan semula. Contoh kegiatan yang
diberikan dengan permainan block logic,
anak dihadapkan pada kelompok persegi dan persegi panjang yang tebal, anak
diminta mengidentifikasi sifat-sifat yang sama dari benda-benda dalam kelompok
tersebut (anggota kelompok).
d.
Permainan Representasi (Representation)
Representasi
adalah tahap pengambilan sifat dari beberapa situasi yang sejenis. Para siswa
menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu. Setelah mereka berhasil menyimpulkan
kesamaan sifat yang terdapat dalam situasi-situasi yang dihadapinya itu.
Representasi yang diperoleh ini bersifat abstrak, Dengan demikian telah mengarah
pada pengertian struktur matematika yang sifatnya abstrak yang terdapat dalam
konsep yang sedang dipelajari.
e.
Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization)
Simbolisasi
termasuk tahap belajar konsep yang membutuhkan kemampuan merumuskan dari setiap
konsep-konsep dengan menggunakan simbol matematika atau melalui perumusan
verbal. Sebagai contoh, dari kegiatan mencari banyaknya diagonal dengan
pendekatan induktif tersebut, kegiatan berikutnya menentukan rumus banyaknya
diagonal suatu poligon yang digeneralisasikan dari pola yang didapat anak.
f.
Permainan dengan Formalisasi (Formalization)
Formalisasi
merupakan tahap belajar konsep yang terakhir. Dalam tahap ini siswa-siswa
dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat
baru konsep tersebut, sebagai contoh siswa yang telah mengenal dasar-dasar
dalam struktur matematika seperti aksioma, harus mampu merumuskan teorema dalam
arti membuktikan teorema tersebut.
Dienes
menyatakan bahwa proses pemahaman (abstraction) anak berlangsung selama belajar.
Untuk pengajaran konsep matematika yang lebih sulit perlu dikembangkan materi
matematika secara kongkret agar konsep matematika dapat dipahami dengan tepat.
Dienes berpendapat bahwa materi harus dinyatakan dalam berbagai penyajian (multiple
embodiment), sehingga anak-anak dapat bermain dengan bermacam-macam
material yang dapat mengembangkan minat anak didik. Berbagai penyajian materi (multiple
embodinent) dapat mempermudah
proses pengklasifikasian abstraksi konsep, material kongkret dengan gambar yang
sederhana, grafik, peta dan akhirnya memadukan. Berhubungan dengan tahap
belajar, suatu anak didik dihadapkan pada permainan yang terkontrol dengan
berbagai sajian.
Kegiatan
ini menggunakan kesempatan untuk membantu anak didik menemukan cara-cara dan
juga untuk mendiskusikan temuan-temuannya. Langkah selanjutnya, menurut Dienes,
adalah memotivasi anak didik untuk mengabstraksikan pelajaran tanda simbol-simbol
dengan konsep tersebut. Langkah-langkah ini merupakan suatu cara untuk memberi
kesempatan kepada anak didik ikut berpartisipasi dalam prosespenemuan dan
formalisasi melalui percobaan matematika. Proses pembelajaran ini juga lebih melibatkan
anak didik pada kegiatan belajar secara aktif dari pada hanya sekedar
menghapal.
Sumber: (Zubaidah Amir, M.Pd. dan Dr. Risnawati, M.Pd., 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar