Biografi
B.F Skinner
Skinner
lahir di Susquehana pada tahun1904. Ia mencapai gelar master dan Ph.D di Universitas
Harvard. Mula-mula ia memutuskan untuk menjadi penulis, meskipun ayahnya menghendaki
menjadi ahli hukum, karena ayahnya juga seorang ahli hukum. Pada tahun 1938 Ia
menulis buku “the Behavior of Organism”.
Skinner
dalam mengembangkan teorinya dipengaruhi oleh Pavlov dan Thorndike, lebih-lebih
hukum epek dari hukum Thorndike. Skinner berpendapat bahwa ilmu yang benar tentang
perilaku manusia harus didasarkan pada fakta empiris yang kuat (Duane P.
Schultz dan Sydney Ellen Schultz, 2013:403-405)
Teori
B.F Skinner
Inti
dari teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan).
Pengkondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana
konsekuensi-konsekuensi dari prilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas
prilaku itu akan diulangi. Ada 6 asumsi yang membentuk landasan untuk
kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm 122).
Asumsi-asumsi
itu adalah sebagai berikut:
a. Belajar
itu adalah tingkah laku.
b. Perubahan
tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam
kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
c. Hubungan
yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau
sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut
fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara
seksama.
d. Data
dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi
yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku (Haryu Islamuddin,
2012:82)
Aplikasi
Teori Skinner dalam Pendidikan
Skinner
mengemukakan bahwa kontrol yang posifit (menyenangkan) mengandung sikap yang
menguntungkan terhadap pendidikan, dan lebih efektif bila digunakan. Skinner mengemukakan
peran utama dari pendidik adalah menciptakan kondisi agar hanya tingkah laku
yang diinginkan saja yang diberi penguatan. Skinner menganjurkan untuk melakukan
analisis langsung terhadap aktifitas-aktifitas yang
terjadi dalam
situasi praktis untuk mengenal tingkah yang pantas dan tidak pantas secara
tepat.
Pendidik
hendaknya membuat catatan dari kemajuan siswa, sehingga dapat dilakukan
perubahan program yang diperlukan siswa. Pendidik juga perlu mengetahui dan menentukan
tugas-tugas mana yang akan dilaksanakan, bagaimana cara melaksanakannya dan hasil-hasil
apa yang diharapkan.
a. Fokus
nyata dalam pendidikan dan pengajaran adalah pemberian penguatan yang
konsisten, segera dan positif bagi tingkah laku yang tepat dan bagi pencapaian
tujuan pendidikan dan pengajaran yang diharapkan. Pengajaran yang berprogram
adalah salah-satu model yang diajukan Skinner berdasarkan teori belajarnya. Ada
beberapa prinsip pengajaran yang dapat digunakan antara lain (Haryu Islamuddin,
2012: 82):
b. Perlu
adanya tujuan yang jelas dalam pengertian tingkah laku apa yang diharapkan
dicapai oleh para siswa. Tujuan diatur sedemikian rupa secara bertahap, dari
sederhana menuju yang kompleks.
c. Hasil
belajar harus segera diberitahukan, jangan ditunda. Harus segera diberi feed
back, jika salah dibetulkan, jika benar diberi reinforcement.
d. Proses
belajar hendaknya mengikuti irama dari si pelajar.
e. Bahan
pengajaran terprogram secara linear, yaitu sistem modul.
f. Tes
hendaknya lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostik.
g. Dalam
proses belajar mengajar dipentingkan aktivitas sendiri.
h. Tidak
menggunakan hukuman dalam pendidikan.
i. Dalam
pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk menghindari pelanggaran agar
tidak menghukum.
j. Tingkah
laku yang tidak diinginkan, bila dilakukan siswa, diberikan perhatian, tetapi
tingkah laku yang diinginkan diberi reward.
k. Hadiah
diberikan bila diperlukan.
l.
Sangat mementingkan shaping,
yaitu pengajarahan agar mencapai tujuan.
m. Mementingkan
kebutuhan yang menimbulkan tingkah laku yang operan.
n. Dalam
belajar mengajar menggunakan teaching
machine.
o. Melaksanakan
mastery learning. Yaitu anak
mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing, karena tiap
anak berbeda irama belajarnya.
p. Program
belajar remedial bagi siswa yang memerlukan, harus diberikan agar mencapai
prinsip belajar tuntas.
Contoh
Penerapan Teori Skinner dalam Kasus Matematika; Seorang siswa diberi soal
matematika sederhana dan siswa dapat menyelesaikannya sendiri. Guru memuji
siswa karena telah berhasil menyelesaikan soal tersebut. Dengan peristiwa ini
siswa merasa yakin atas kemampuannya, sehingga timbul respon mempelajari pelajaran
berikutnya yang sesuai atau lanjutan apa yang dapat dia selesaikan tadi.
Selanjutnya dikatakan bahwa pada umumnya stimulus yang demikian pada umumnya
mendahului respon yang ditimbulkan. Belajar dengan respondent
conditioning ini hanya efektif jika suatu respon timbul
karena kehadiran stimulus tertentu.
Contoh
lainnya dalam matematika seorang siswa yang terbiasa melakukan perhitungan
matematika berupa operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian
akan lebih mudah mengerjakan soal yang berhubungan dengan operasi-operasi
tersebut dengan cepat dan tanpa pemikiran yang lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar