Biografi Pavlov
Tokoh
Classical Conditioning dan bapak teori belajar modern, Ivan Petrovich Pavlov
dilahirkan di Ryazan Rusia pada 26 September 1894 dan meninggal pada 27
Februari 1936 di Saint Petersburg, Rusia. Ayahnya seorang pendeta, dan awalnya
Pavlov sendiri berencana menjadi pendeta, namun dia berubah pikiran dan
memutuskan untuk menekuni fisiologis. Eksperimen Pavlov yang sangat terkenal
dibidang fisiologi dimulai ketika ia melakukan studi tentang pencernaan. Ia
terkenal dengan teori belajar klasiknya yaitu Pavlovianisme, yang diambil dari
nama pavlov sebagai peletak dasar teori itu, dan ia juga merupakan seorang
penganut aliran tingkah laku (Behaviorisme) yaitu aliran yang berpendapat, bahwa hasil
belajar
manusia itu didasarkan
kepada pengamatan tingkah laku manusia yang terlihat melalu stimulus respons
dan belajar bersyarat (Conditioning
Learning). Menurut aliran
ini tingkah laku manusia termasuk organisme pasif yang bisadikendalikan.
Tingkah laku manusia bisa dikendalikan dengan cara memberiganjaran dan hukuman.
Dasar-dasar Pemikiran Ivan Pavlov
Conditioning
adalah suatu bentuk belajar yang memungkinkan organisme
memberikan respon terhadap suatu rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan
respon itu, atau suatu proses untuk mengintroduksi berbagai reflek menjadi sebuah
tingkah laku. Jadi classical conditioning sebagai pembentuk tingkah laku
melalui proses persyaratan (conditioning process).
Dan Pavlov beranggapan bahwa tingkah laku organisme dapat dibentuk melalui
pengaturan dan manipulasi lingkungan. Untuk menunjukkan kebenaran teorinya,
Pavlov mengadakan eksperimen tentang berfungsinya kelenjar ludah pada anjing
sebagai binatang ujicobanya (Carole Wade dan Carol Travis: 242-243). Untuk
memahami eksperimen-eksperimen Pavlov perlu terlebih dahulu dipahami beberapa
pengertian pokok yang biasa digunakan dalam teori Pavlov sebagai unsur dalam
eksperimennya.
1. Perangsang
tak bersyarat = perangsang alami = perangsang wajar = Unconditioned Stimulus
(US); yaitu perangsang yang memang secara alami, secara wajar, dapat
menimbulkan respon pada organisme, misalnya: makanan yang dapat menimbulkan keluarnya
air liur pada anjing.
2. Perangsang
bersyarat = perangsang tidak wajar = perangsang tak alami = Conditioned
Stimulus (CS) yaitu perangsang yang secara alami, tidak menimbulkan respon;
misalnya: bunyi bel, melihat piring, mendengar langkah orang yang biasa memberi
makanan.
3. Respon
tak bersyarat = respon alami = respon wajar = Unconditioned Response (UR);
yaitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang tak bersyarat (Unconditioned
Stimulus = UR).
4. Respon
bersyarat = respon tak wajar = Conditioned Response (CR), yaitu respons yang
ditimbulkan oleh perangsang bersyarat (Conditioned Response = CR).
Kesimpulan
yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain
daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi
setelah adanya proses kondisioning (conditioning
process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan
dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama kelamaan dihubungkan dengan
rangsang berkondisi. Dengan kata
lain,
gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari, dapat berubah karena mendapat
latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu
refleks wajar (unconditioned
refleks)-keluar air liur ketika melihat
makanan yang lezat dan refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari (conditioned
refleks)-keluar air liur karena menerima atau bereaksi
terhadap suara bunyi tertentu. Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap
seekor
anjing
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
1.
Law of Respondent
Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2.
Law of Respondent
Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika
refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent
conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer
maka kekuatannya akan menurun.
Demikianlah
maka menurut teori conditioning belajar
itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat
(conditions) yang kemudian
menimbulkan reaksi (response).
Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syaratsyarat tertentu.
Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning
ialah adanya latihan-latihan yang continue (terus-menerus).
Aplikasi Teori Belajar Pavlov dalam
Pembelajaran Matematika
1. Guru
yang biasa memberikan pelajaran dengan latihan soal dan usai memberikan
pelajaran menyuruh siswa mengerjakan latihan soal yang ada dalam buku teks
dipapan tulis. Bila penyelesaian soal tersebut benar maka guru akan tersenyum dan
mengatakan “bagus”. Stimulus ini akan ditangkap oleh siswa dan dianalogikan
bahwa perkataan “bagus” berarti jawaban siswa tersebut “benar”. Ini akan
berbeda jika siswa mengerjakan soal dipapan dan guru cuma tersenyum tanpa mengatakan
bagus, karena siswa akan menganalogikan jawaban yang dibuatnya belum tentu
“benar”.
2. Guru
memberikan soal latihan matematika kepada muridnya, dan guru harus memberikan
imbalan atas kerja keras anak, perlakuan seperti itu akan menjadi perangsang
agar murid bersemangat mengerjakan soal-soal latihan matematika berikutnya.
3. Memberikan
suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas matematika, misalnya: Menekankan
pada kerjasama dan kompetisi antarkelompok daripada individu, membuat kegiatan
membaca menjadi menyenangkan dengan menciptakaan ruang membaca (reading
corner) yang nyaman dan enak serta menarik, dan lain
sebagainya.
4. Membantu
siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang mencemaskan atau
menekan, misalnya:
5. Membantu
siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi-situasi sehingga
mereka dapat membedakan dan menggeneralisasikan secara tepat. Misalnya, dengan:
Meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian akhir dalam pelajaran
matematika, yakinkan bahwa ujian tersebut sama dengan ujian-ujian matematika
lain yang pernah mereka lakukan.
Sebagai
konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma Pavlov akan menyusun
bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang
harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi
ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan
sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari
yang sederhana sampai pada yang kompleks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar